Minggu, Desember 07, 2008

Obsesi Seorang Pilot

ZUUUUUNGGG....ZUUUUNGGGGG....

terdengar deru suara bising dari turbin pesawat F-16 Fighting Falcon.

namaku Fauch. ya Fauch. nama yang aneh? aku tak peduli. aku adalah seorang prajurit angkatan udara AS, bukan seorang prajurit veteran, 2 bulan yang lalu aku baru saja didipindah tempatkan ke pangkalan angkatan udara Nellis Air Force Base. sebuah angkatan udara AS yang terletak di Kabupaten Clark, Nevada, di sisi timur laut Las Vegas. di area 1 pangkalan, yang terdapat lapangan terbang, aku bersama 2 orang temanku saat ini sedang bersiap di dalam kokpit pesawat masing-masing, kami akan melakukan misi "pembersihan", yaitu bermanuver menuju langit samudra Atlantik. karena beberapa jam lalu radar satelit mata-mata negara kami menemukan beberapa objek "asing" yang beraktivitas di sekitar langit dari samudra Atlantik. diperkirakan objek tersebut adalah pesawat teroris yang sedang mengarah ke negaraku.

ini akan menjadi misi terbang ku yang ke 5. pengalamanku belum terlalu banyak, karena diriku juga belum lama menjadi prajurit angkatan udara AS. sejak lulus dari universitas dan mengikuti pelatihan militer, akhirnya aku lulus menjadi seorang prajurit. aku memilih angkatan udara karena obsesi ku pada pesawat terbang, khususnya pesawat tempur. sudah menjadi impian ku sejak kecil untuk bisa terbang diangkasa, bermanuver menaiki sebuah pesawat tempur, dan satu hal yang sangat ingin ku rasakan adalah, perang di udara. atau perang antar pesawat tempur.

selama ku bertugas, dari ke empat misi yang sudah ku selesaikan, 2 diantaranya aku dapat menikmati "sensasi' dari perang di udara tersebut. ketika pesawat musuh muncul diradar, adrenalin ku bergejolak, dan ketika sebuah misil sudah terlihat meluncur ke arahku. aku melihat itu sebagai sebuah tantangan, yang mengarahkanku untuk mengerahkan kemampuanku dalam bermanuver menghindari atau mengecoh misil musuh. sayangnya, sampai saat ini aku belum pernah merasakan nikmatnya menghancurkan atau "menembak" pesawat musuh dengan amunisi ku. walaupun aku sudah sangat terobsesi oleh perang, menembaki musuh, menghancurkan musuh, dan menikmati fakta bahwa pesawat itu aku yang membuatnya jatuh menghujam bumi.

namun semua itu belum dapat terwujud, disamping karena pengalaman misi ku belum banyak, aku bekerja dalam sebuah tim, tentu saja dalam tim itu diharuskan untuk saling bekerja sama, dan dalam misi terakhir ku, salah seorang teman timku lah yang berhasil menjatuhkan semua pesawat musuh. menurutku dia beruntung, atau kesalahan terletak pada diriku yang kurang cekatan melihat celah untuk "menembak".

tim ku termasuk dalam tim petarung, atau sebuah tim yang menggunakan Fighter Aircraft. tim ku terdiri dari 3 personil, aku dan kedua temanku yang kusebutkan tadi. temanku yang berhasil menjatuhkan pesawat musuh tadi bernama Brian, berasal dari Manhattan, New York. dia temanku sejak di SMA, sejak lulus SMA kami berdua berpisah, namun bertemu kembali di pelatihan militer. orang nya lebih muda setahun dariku, juga postur tubuhnya lebih "kecil" dibanding aku. sementara seorang lagi bernama Digiant (baca : Dijyen), dia asli berasal dari Las Vegas. ayahnya adalah seorang pilot veteran di pangkalan yang sama. aku baru mengenalnya sejak pindah ke Nellis Air Force Base. orangnya sangat menyenangkan, aku paling sering menghabiskan waktu dengannya, entah minum-minum bersama, atau sekedar mengobrol tentang obsesi kami. juga terkadang membuat rencana formasi tim dengan Brian. bisa dibilang, dia adalah orang yang paling dekat denganku sejak kepindahanku ke asrama ini. setidaknya dalam 2 bulan terakhir.

sementara aku sendiri, berasal dari kota yang sama dengan Brian, Manhattan, New York. sejak lulus SMA, aku kuliah di Columbia University. lalu aku mengikuti beberapa pelatihan militer dan berakhir di sini. di pangkalan angkatan udara Nellis Air Force Base.

akhir-akhir ini, hasrat ku untuk "membunuh" sedang meluap. "obsesi" ku ini sangat ingin ku capai, sangat ingin dapat kurasakan. di beberapa malam terakhir aku sangat susah tidur, memikirkan kapan aku akan mendapat kesempatan lagi, kembali mendapat misi "pembersihan". semua pengalaman ku sebelumnya, semua kegagalanku dalam mengeksekusi sebelumnya, sepertinya sudah cukup. aku sudah cukup belajar dari pengalaman, jika ada kesempatan, aku akan mencoba lagi, dan aku berani menjamin kali ini aku tidak akan gagal. aku akan sukses "menembak".

dan akhirnya kesempatan itu pun tiba pada hari ini, pesawatku sedang ditarik dari hangar menuju landasan terbang. aku melihat dua pesawat yang ditumpangi temanku sudah berada di landasan. hanya tinggal menunggu waktu konfirmasi dari menara, dan kami pun akan mengudara.

cuaca hari ini baik, awan putih terihat seperti lukisan yang menghiasi sebuah kanvas berwarna biru langit. angin pun berhembus lembut mengelus pepohonan yang terlihat dari kejauhan. sungguh waktu yang sempurna untuk terbang.
beberapa menit kemudian, kulihat pesawat Brian sudah lepas landas, pesawat F-35 Lightning II yang dikendalikannya terlihat menukik tajam keatas, menghempaskan angin disekitar nya, api jet dari turbin dibelakang pesawat menyala biru terang, kontras dengan warna langit saat itu. lalu kulihat pesawat Digiant bersiap untuk lepas landas, sementara pesawatku di"giring" semakin dekat kelandasan.

beberapa detik kemudian kulihat F-22 Raptor Digiant sudah melaju cepat dilandasan, lalu pesawatnya pun meninggalkan bumi dan menari di angkasa. aku melihat pesawatnya yang melaju semakin jauh dari jendela kokpit. sekarang giliranku, pesawatku sudah mengarah lurus mengikuti lapangan terbang, ku dengar izin mengudara dari menara, sedetik kemudian aku menggerakan tuas pengendali dan pesawatku melesat kencang dijalur landasan.

dan ketika sudah saatnya untuk roda pesawatku melepas bumi, aku pun kembali menarik tuas pengendali dan pesawatku pun merindukan daratan. aku merasakan sedikit tekanan yang menekan tubuhku, namun aku sudah terbiasa dan kunikmati saja. aku langsung mengarahkan pesawatku 30 derajat kearah timur dan segera menyusul tim ku.

pesawatku terbang melewati gurun Nevada. aku melihat hamparan bebatuan besar terhampar luas dibawahku. aku melihat ke 2 pesawat temanku sudah muncul diradar, ini berarti aku sudah dekat dengan mereka. kemudian aku segera menyusul ke 2 temanku, lalu pesawat kami terbang sejajar. lalu kami terbang melewati setengah dari daratan Amerika, melewati beberapa negara bagian, dan setelah melewati negara bagian Carolina selatan, pesawat kami melepas daratan, sekarang yang ada hanyalah hamparan air laut biru yang luas yang terlihat. setelah berkomunikasi beberapa saat, kami bertiga mulai "bermanuver" dan melesat cepat diatas laut Atlantik.

aku sangat menikmati perjalanan ini, karena sudah lama aku mendambakan kembali saat-saat ini. saat dimana aku semakin dekat dengan "sasaran", saat-saat dimana aku sangat berhasrat, sangat egois pada dunia, sangat kejam barangkali, karena mempunyai hasrat membunuh yang sudah merasuki jiwa. aku mendengar beberapa komando dari markas, melalui pesawat radio yang menempel ditelingaku. dari beberapa yang kudengar, objek asing tersebut masih terlihat melintas menuju kearah kami, dan juga sebuah informasi bahwa tim kami benar-benar sedang menuju kearah objek asing tersebut, diperkirakan kami dan objek asing tersebut akan memasuki jarak tembak masing-masing dalam 3 menit.

mendengar semua hal itu, aku segera mempersiapkan diriku, aku merasa menjadi sedikit memanas, darahku seakan ingin mendidih, sebuah perasaan yang sudah lama ingin kurasakan kembali. aku menjadi merasa sangat bergairah, aku beritahu ke 2 temanku melalui radio komunikasi untuk berhati-hati tak mendapat "korban" hari ini.

tak lama kemudian, kami akan segera memasuki jarak tembak dalam 1 menit, perasaan yang tertahankan selama ini serasa akan meledak, aku semakin berhasrat, semakin bernafsu untuk segera melihat ledakan yang berasal dari misil yang kuluncurkan. dan tentu saja, membinasakan siapa pun yang berada didalam objek tersebut.

lalu kami pun memasuki jarak tembak, pemandangan laut lepas terhampar dibawah kami, sementara awan-awan raksasa yang terlihat dari jendela kokpit, terlihat seperti akan melahap kami. aku pun langsung memasang siaga penuh, berkonsentrasi penuh, mataku bergantian memandangi layar navigasi dan layar radar. menunggu sebuah objek terlihat dilayar radar yang berwarna hijau, dan pada saat itu aku akan segera melesatkan diriku untuk menghancurkannya.

adrenalin ku mengalir deras dalam tubuhku, obsesi ku seakan-akan telah membutakanku, membutakanku demi tercapai nya sebuah keinginan, sebuah hasrat. jempolku sudah berada diatas tombol peluncur misil, dan saking tegangnya, jari ku gemetaran sehingga sewaktu-waktu bisa saja aku tidak sengaja menekan tombol peluncuran karena saking bergetarnya.

aku masih tetap tegang, konsentrasi penuh, mataku masih terfokus di 2 layar tadi. namun beberapa saat kemudian, terjadi suatu hal aneh. komunikasi antar pesawat dan juga dengan markas terputus, aku sudah mencoba sebisa ku, tapi aku tetap tak mengerti apakah terjadi kerusakan atau kehilangan sinyal. juga yang membuatku diriku semakin penasaran, tak kunjung muncul satu objek apapun yang terdeteksi diradarku. ada apa ini? beberapa saat yang lalu komunikasi masih tersambung. beberapa saat yang lalu objek tersebut masih terdeteksi dan akan segera muncul dalam radar dalam 3 menit. apa yang sebenarnya terjadi? aku menjadi sedikit marah dengan kejadian ini, karena semua hal yang berkecamuk dalam diriku menolak untuk diabaikan.

aku sedikit mengendalikan pesawatku sedikit berputar agar aku dapat melihat ke 2 pesawat temanku, karena ke 2 pesawat temanku juga tak muncul diradar. aku melihat pesawat Brian terbang gontai di arah jam 5 dari pesawatku, sementara pesawat Digiant berada di atas, arah jam 1 dari pesawatku. aku tak dapat mengontak mereka, tapi aku tak tahu apakah pesawat mereka juga mengalami hal yang sama. walaupun nampaknya mereka juga terbang dalam "kebingungan" yang sama denganku.

aku masih menahan emosiku, karena masih tak tahu apa yang sedang terjadi. sekitar melaju selama sekitar 30 detik, aku mendengar suara di radio ku, pertama, suara itu tidak terdengar begitu jelas namun tak lama suara itu ternyata adalah sebuah pesan dari markas yang berbunyi "OBJECT UNDETECTED. SUDDENLY DISAPPEAR. KEEP WATCHING". belum sempat aku membalas pesan tersebut, atau mencoba mengontak tim ku, komunikasi kembali hilang, yang terdengar di headphone radio ku hanya suara mendesis dari sinyal radio.

setelah mendengar secerca pesan barusan, yang tergambar dikepalaku sekarang rasa penasaran yang amat tinggi, dan juga aku merasa seperti ditantang atau di intimidasi. aku sudah sulit untuk mengendalikan diriku karena sudah dipenuhi oleh nafsu membunuh. sehingga aku mengartikan pesan singkat "OBJECT UNDETECTED. SUDDENLY DISAPPEAR" sebagai sebuah objek yang mempunyai kekuatan aneh, seperti tiba-tiba dia dapat menghilang, dan dia akan muncul secara tiba-tiba melancarkan serangannya padaku. pikiran ini membuatku semakin berkeringat dingin, aku meningkatkan siagaku, semakin mengernyitkan dahiku berkonsentrasi. walaupun mungkin saja "dia" itu merupakan hasil pikiran ku yang sudah terobsesi untuk menembak. namun aku tetap menunggu sampai "dia" muncul kembali dengan tiba-tiba. dan pesan akan menjadi "SUDDENLY RE-APPEAR".

sepuluh menit kemudian, pesawatku sudah keluar dari jarak yang disebut dengan jarak tembak tadi, sudah lebih dari 20km mungkin. aku tidak tahu keadaan 2 pesawat tim ku, karena selama sepuluh menit itu, pikiran ku masih dipenuhi oleh ketakutan dari pikiranku sendiri, yang terus saja berpikir "OBJECT WILL SUDDENLY RE-APPEAR". selama sepuluh menit tadi mungkin aku tak berkedip sama sekali, berkonsentrasi penuh menunggu "dia" muncul. yang walaupun ternyata sampai saat ini dia tak kunjung muncul, perasaan marah dan penasaran makin timbul di dadaku. marah karena obsesi ku tak kunjung terpenuhi, dan penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi.

keadaan langit saat itu sangat sunyi, yang dapat terlihat oleh mata ini hanyalah hamparan awan yang menghias angkasa, sejauh mata memandang kebawah hanyalah terdapat lautan biru lepas, gulungan lombak terlihat menari-nari diatas nya namun terdengar tak bersuara di kokpit F-16 Fighting Falcon ku.

1 menit kemudian, kembali terdengar rangsangan sinyal dari radio, lalu samar-samar terdengar suara, yang semakin lama semakin jelas, yang ternyata merupakan kontak dari markas, "how's your situation?" terdengar suara walaupun masih sedikit samar-samar. aku yang sedari tadi merasa marah, merasa ingin segera berteriak, namun aku masih bisa sedikit mengendalikan tubuhku untuk berkomunikasi dengan markas.

setelah berkomunikasi beberapa saat, tak lama kontak dengan markas kembali terputus secara tak jelas, dari pembicaraan singkat tadi, pihak markas sama sekali tak tahu apa yang terjadi, karena sesaat setelah objek asing tersebut hilang dari radar, komunikasi kami juga tiba-tiba terputus secara tidak jelas. mendengar hal ini, rasa penasaran ku mengendur, namun justru perasaan marah ku yang semakin meluap-luap. karena sesaat sebelum komunikasi terakhir terputus, markas mengkonfirmasi perintah terbaru, yaitu kalau misi kali ini dibatalkan, dan 3 pesawat yang dikirim untuk operasi kali ini, yang berarti tim ku, untuk segera kembali ke markas. dengan misi dianggap selesai.

mendengar perintah barusan, membuat perasaanku merah panas, obsesi ku seolah-olah adalah sesuatu yang lain yang berada di dalam diriku, dan dia itu sedang mengamuk dalam diriku, karena merasa diabaikan, merasa tak terpenuhi. lalu nafsu dan obsesi pun kembali membutakanku. aku terpikir sebuah ide gila, yaitu untuk memuaskan obsesiku tersebut, dengan "menembak temanku", menghancurkan ke 2 pesawat temanku. menghempaskan mereka ke laut lepas.

aku tahu itu sebuah pikiran kejam dan bodoh, namun aku hampir tak bisa mengendalikan tubuhku. aku sudah berada dijurang keputusan, dengan keputusan yang mengarah kepada meluncurnya misil dari pesawatku untuk meledakan objek yang bukan musuh, melainkan 2 orang yang kukenal. pemandangan indah langit biru yang dipenuhi awan putih rasanya tak sanggup mencegahku, hamparan lautan biru ingin kujadikan makam bagi ke 2 temanku.

aku merasa tak bisa mengalahkan ego ku, mungkin hanya tinggal masalah waktu hingga aku benar-benar telah menekan tombol peluncur misil, dan misil pun meluncur ke arah sahabatku. kalau saja komunikasi tersambung, mungkin pihak markas, atau dengan berkomunikasi dengan ke 2 temanku dapat menyadarkanku. namun fakta tak begitu, aku tak dapat mendengar apa-apa, kupingku serasa tuli, mataku menatap tajam jari jempolku yang sudah menyentuh tombol peluncur misil, sementara jari jempolku sudah bergetar hebat dan basah oleh keringat.

aku bingung
apa aku harus menembak target yang seharusnya tak boleh kutembak?
apa aku harus menembak target yang seharusnya tak bisa kutembak?

obsesi ku seakan menjerit,
karena merasa sudah tak tahan belum dapat merasakannya.
karena merasa sudah tak tahan belum dapat tercapai.

akhirnya, dengan mataku masih menatap tajam ke tombol di jari jempolku, dengan pikiran ku yang masih terawang-awang, dengan jempol ku yang bergetar hebat menunggu keputusan dari kepalaku.

aku memutuskan untuk


BERSAMBUNG

Tidak ada komentar: